InfoSAWIT, JAKARTA - Sebelum kita melanjutkan, kita perlu memahami apa hubungan hard skill dan soft skill, hard skill merupakan kemampuan untuk menguasai iptek dan ketrampilan / skill dalam mengembangkan IQ yang berhubungan dengan bidangnya sementara soft skill merupakan ketrampilan perilaku personal dan interpersonal yang membantu untuk mengembangkan kinerja seseorang. Kedua hal ini sangat berkaitan sekali jadi bagi Mahasiswa yang akan bekerja dibidang apapun termasuk perkebunan serta planters muda bahkan yang sudah lama bekerja ingin meniti karir lebih baik jangan hanya fokus bekerja menguasai hard skill tapi juga perlu soft skill. Hard skill itu adalah kemampuan teknis seperti pengisian data, penguasaan SOP, teknikal-teknikal pekerjaan, sementara soft skill itu seperti kemampuan bagaimana penguasaan problem solving, bagaimana communication skill, leadership dan lain-lain.
Finalnya hard skill adalah sebuah mobil yang baru dan sehat kita gunakan untuk berkendara, namun bila tidak diberikan oli yang bagus maka kecepatan kendaraan tersebut tidak akan optimal dan cepat rusak. Pekerjaan kita yang hebat tidak akan dilihat pimpinan, karir kita tidak akan bagus apabila tidak diberikan dengan tambahan ilmu soft skill. Kunci sukses menjadi Planters itu biasanya dikenal dengan 3 sisi, memiliki skill, knowledge, dan attitude.
Banyak orang gagal ketika hanya menguasai hal ini, dimana kegagalannya? karena dia tidak melakukan itu berulang, bertahap, dan menjadikannya sebuah behavior atau karakter. Banyak Planters memiliki skill, knowledge dan attitude yang jago ketika menghadapi tantangan, tekanan atau obstacle dia menyerah, tetapi Planters yang kita harapkan disini memiliki kemampuan belajar konsistensi yang tinggi sehingga 3 sisi utama daripada pilar menjadi Planters sukses ini menjadi karakter, karakter juara yang membuat dia menjadi orang yang handal.
Managing Team
Managing Team intinya adalah juga pengelolaan 3 titik, yaitu : mengelola diri sendiri dengan mengefektifkan peran dan fungsi dasar keterampilan dasar kita, mengelola tugas lewat leadership atau kepemimpinan yang baik, dan mengelola bawahan dengan berbagai hal yaitu bagaimana memberikan instruksi yang efektif, coaching dan counselling, serta tambahan ilmu lain. Jadi intisari pengelolaan bawahan adalah kelolalah diri sendiri dulu dengan baik baru belajar mengelola tugas dengan kepemimpinan, barulah kita bisa mengelola bawahan dengan efektif dan baik.
Satu hal yang juga penting kita harus menguasai faktor motivasi orang dan faktor motivasi diri kita yang harus kita samakan ketika ingin mengelola tim. Semua orang ingin berprestasi, berafiliasi dan memiliki kekuasaan dengan sebuah jabatan tetapi bagaimana kita menguasai prestasi mendapatkan itu semua bersama tim bukan diri sendiri. Selanjutnya bagaimana mengembangkan prestasi karyawan tentu saja memberikan perintah instruksi yang baik, melaksanakan bimbingan atau coaching, pembinaan atau counseling, penyampaian umpan balik atau feed back dan terakhir penegakan disiplin.
Untuk lebih detail apa dan bagaimana coaching ? kita lihat, ketika kita berbicara kematangan anak buah, kedewasaan anak buah biasanya kita bagi dalam 4, yakni pertama, kematangan rendah itu yaitu tidak mampu dan tidak mau, kedua, kematangan rendah sampai sedang tidak mampu tetapi mau dan mulai percaya diri, ketiga, kematangan sedang sampai tinggi mampu tetapi tidak mau karena merasa tidak nyaman dengan kondisi kepemimpinan kita, keempat, mampu atau berkompeten dan mau.
Keempat titik ini haruslah kita bina dengan gaya kepemimpinan, Tipe M 1 tadi yang rendah tingkat kematangannya maka akan dilatih dan dibimbing dengan gaya perintah, Tipe M 2 yang tidak mampu tapi mau itu dididik dengan gaya konsultasi, Tipe M 3 mampu tapi tidak mau dididik dengan gaya partisipasi, dan Tipe terakhir M 4 mampu dan mau itu dididik dengan gaya pendelegasian.
Hal-hal penting yang perlu kita terapkan dalam memberikan perintah adalah supaya perintah itu efektif memiliki 5W2H artinya memuat bahasa What, apa yang diperintahkan?, Why, mengapa kita perintahkan begitu?, Where, dimana kita perintahkan?, Who, sama siapa kita perintahkan?, When, kapan diperintahkan? Kemudian ada 2H maksudnya adalah How to do, bagaimana mengerjakannya?, selanjutnya How long dan How much, berapa biaya dan berapa lama waktu tersebut dikerjakan.
Perintah juga diberikan harus dalam suatu fakta bukan isu, dalam memberikan perintah atau instruksi ini sekali lagi saya ulangi : 1. perintahnya harus efektif 5W2H, 2. ada fakta dibelakang suatu perintah, 3. nyatakan dengan hasil yang kuantitatif, 4. lanjutkan dengan PDCA (Plan, Do, Check, Action).
Hati-hati dalam memberikan kesalahan perintah yaitu kalimat yang tidak jelas, susunan yang tidak teratur dan lain-lain. Sebelum kita masuk coaching kita perlu mengenal sasaran kerja agar karyawan dan atasan sama-sama punya visi misi yang sama akan target kerja dan tanggung jawab mereka, manfaat sasaran kerja ini sangat penting untuk proses pelaksanaan coaching dan counselling serta umpan balik. Tips penerapan sasaran kerja ini dimulai dari merinci tugas, waktu, sampai kepada penentuan metode apa yang kita pakai untuk pelaksanaan sasaran kerja, apakah perintah sampai kepada partisipatif. (*)