InfoSAWIT, JAKARTA - Dengan dibentuknya Gabungan Penyelenggara dan Pemerhati Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (GAPENSISKA), harapannya bisa menjalankan komitmen integrasi sapi-kelapa sawit secara konsisten dengan tanggungjawab yang besar, dan bisa mengurai masalah program integrasi sapi-kelapa sawit.
Organisasi ini juga menjadi harapan banyak masyarakat ditengah persoalan harga daging sapi dan belum swasembadanya sapi potong di Indonesia. Untuk daging sapi pasokan nya belum mencapai 90% akibatnya Indonesia masih bergantung pada negara lain. Gapensiska ini harapannya bisa memperluas kontribusi membantu perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
Integrasi sapi-kelapa sawit merupakan eksosistem baru, yang mengarah pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit mencapai zero waste dan penerapan Good Agricultural Parcticess (GAP), bagi pelaku perkebunan kelapa sawit integrasi sapi-kelapa sawit menjadi alat dalam mendukung penerapan sawit berkelanjutan.
Sementara bagi peternak, cara ini menjadi upaya dalam menambah populasi ternak sapi di Indonesia yang saat ini baru sekitar 16 juta sapi, baik untuk breeding atau sapi bakalan. Perlu diketahui, kendati bisnis utama perkebunan kelapa sawit adalah minyak sawit, namun berpotensi membantu pengembangan peternakan sapi di Indonesia.
Sebab itu Inpres No 6 tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) Tahun 2019-2024, telah mendukung integrasi sapi-kelapa sawit sebagai bagian RAN-KSB, dicatat sebagai tindakan dan tidak bisa dilepaskan dari kelapa sawit berkelanjutan.
Rusman Heriawan
Penasehat Senior Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB)
Lebih lengkap baca Majalah InfoSAWIT Edisi Maret 2022