InfoSAWIT, SINGAPURA – Kencana Agri Limited (Kencana), perusahaan kelapa sawit yang berbasis di Indonesia, melaporkan penurunan pendapatan sebesar 12% di semester pertama tahun 2024 dibandingkan periode yang sama pada 2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh rendahnya harga jual rata-rata minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit (PK) di pasar global. Rata-rata harga jual (ASP) CPO pada paruh pertama 2024 adalah sebesar US$706 per ton, turun 12% dibandingkan ASP sebesar US$798 per ton pada 2023. Harga jual inti sawit (PK) juga mengalami penurunan, dari US$407 per ton di 2023 menjadi US$384 per ton di 2024.
Meskipun harga jual turun, Kencana Agri berhasil meningkatkan volume penjualan inti sawit sebesar 5%, dari 13.047 ton pada semester pertama 2023 menjadi 13.715 ton di 2024. Sementara itu, volume penjualan CPO tetap stabil dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kencana Agri mencatat penurunan biaya produksi sebesar 22%, dari US$51,9 juta menjadi US$40,2 juta pada semester pertama 2024. Penurunan ini terutama disebabkan oleh pengurangan aktivitas pemupukan dan perawatan kebun yang lebih moderat dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Efisiensi biaya ini berkontribusi pada peningkatan margin kotor Kencana Agri, yang naik dari 16% menjadi 26%, meskipun harga jual CPO menurun.
Dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT, selama enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024, Kencana Agri mencatatkan laba sebelum pajak sebesar US$2,2 juta. Namun, biaya pajak yang tercatat sebesar US$1,6 juta lebih tinggi dari tarif pajak perusahaan di Indonesia (22%), akibat adanya pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak dan kerugian dari anak perusahaan non-operasional.
Laba bersih Kencana Agri pada semester pertama 2024 mencapai US$0,6 juta, turun 70% dibandingkan US$1,9 juta di periode yang sama pada 2023. Penurunan laba bersih ini dipengaruhi oleh kerugian kurs sebesar US$2,1 juta, berbanding terbalik dengan keuntungan kurs sebesar US$4,5 juta pada semester pertama 2023. Kerugian kurs tersebut berasal dari pinjaman bank yang menggunakan denominasi USD, sementara nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sekitar 7% terhadap USD, dari IDR15.416 menjadi IDR16.421 per USD.
Meskipun demikian, kenaikan nilai aset biologis sebesar US$1,8 juta, yang didorong oleh tren harga CPO yang positif, membantu mengimbangi dampak negatif dari pergerakan kurs. Hal ini memberikan sedikit perlindungan terhadap pengaruh fluktuasi nilai tukar bagi kinerja keuangan perusahaan.
Secara keseluruhan, meskipun Kencana Agri menghadapi tantangan dengan penurunan harga jual dan tekanan dari kurs valuta asing, efisiensi operasional dan kenaikan nilai aset biologis diharapkan dapat menopang performa perusahaan dalam menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif. (T2)