InfoSAWIT, JAKARTA – Dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Group terus meluncurkan program-program inovatif yang bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan memberdayakan masyarakat. Salah satu langkah strategisnya adalah Program Tanam Padi PT Perkebunan Nusantara (TAMPAN), yang mengadopsi pola intercropping padi gogo di lahan peremajaan sawit rakyat.
Program TAMPAN menargetkan pengelolaan hingga 206 ribu hektare lahan dalam lima tahun ke depan, dengan potensi produksi mencapai setengah juta ton gabah. Menurut Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pangan tetapi juga pada kesejahteraan petani sawit melalui tambahan pendapatan dari hasil panen padi.
“Kami ingin memastikan bahwa petani sawit tidak hanya bergantung pada hasil kelapa sawit, tetapi juga memiliki alternatif pendapatan melalui program intercropping ini,” ujar Ghani dalam keterangan resmi, Selasa (7/1/2025).
Pola intercropping ini menggunakan varietas unggul seperti Situ Bagendit, yang mampu menghasilkan hingga 5,5 ton per hektare di lahan sawah dan 4,0 ton per hektare di lahan kering. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, program ini diproyeksikan menambah hingga 1,1 juta ton beras per tahun dari lahan sawit rakyat.
Selain TAMPAN, PTPN Group juga mengembangkan Program Manis yang bertujuan meningkatkan produksi gula nasional. Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk petani, lembaga keuangan, dan BUMN lainnya seperti PT Pupuk Indonesia. Salah satu inovasi dari program ini adalah pelibatan generasi muda melalui konsep agripreneur tebu, di mana mereka diberi pelatihan teknis dan dukungan pendanaan untuk mengelola mini estate tebu seluas 50-100 hektare.
“Hasilnya sudah terlihat di kebun tebu Mangliwetan, Bondowoso, di mana produktivitas meningkat dari 76 ton menjadi 110 ton per hektare dengan rendemen yang lebih tinggi,” tambah Ghani.
Dalam upaya diversifikasi pangan, PTPN juga memanfaatkan asetnya untuk mendukung produksi susu melalui peternakan sapi perah modern. Program ini bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan pasokan protein hewani domestik dan mengurangi ketergantungan impor.
Ghani menekankan bahwa program-program ini bukan hanya tentang meningkatkan produksi, tetapi juga menciptakan dampak sosial yang signifikan. “Dengan berbagai inisiatif ini, kami tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, tetapi juga memperkuat kesejahteraan petani dan masyarakat lokal,” pungkasnya. (T2)