InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Minyak kelapa sawit, yang dahulu unggul sebagai minyak nabati termurah, kini menghadapi tantangan berat di pasar global akibat fluktuasi produksi dan meningkatnya pasokan alternatif seperti minyak kedelai dan bunga matahari. Pergeseran ini mencerminkan dinamika baru dalam industri minyak nabati, dengan perubahan harga yang memengaruhi posisi strategis minyak kelapa sawit di pasar internasional.
Sejak awal 2024, harga minyak kelapa sawit telah meningkat sekitar 10%, berbeda dengan minyak kedelai yang mencatat penurunan harga hingga 9% berkat prospek panen melimpah di negara-negara penghasil utama seperti Amerika Serikat. Kenaikan harga ini telah membawa minyak kelapa sawit dari posisi diskon pada 2022 ke tingkat premium, situasi yang jarang terjadi sebelumnya.
Namun, perubahan ini menimbulkan kekhawatiran tentang daya saing minyak kelapa sawit, terutama di pasar besar seperti India. Aashish Acharya, Wakil Presiden Patanjali Foods Ltd., menyebutkan bahwa meskipun industri seperti restoran dan hotel mungkin tetap menggunakan minyak kelapa sawit, konsumen rumah tangga India mulai mempertimbangkan alternatif yang lebih murah.
Sementara itu, permintaan biodiesel di Indonesia diperkirakan tetap menjadi penopang harga minyak kelapa sawit. Dengan program biodiesel B40 yang sedang berjalan, kebutuhan domestik untuk minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar nabati diproyeksikan terus meningkat.
Gnanasekar Thiagarajan, Kepala Strategi Perdagangan di Kaleesuwari Intercontinental, memperingatkan bahwa kelapa sawit harus bersaing ketat dengan minyak kedelai dan bunga matahari di pasar seperti India, terutama setelah permintaan musiman berakhir dan produksi di Asia Tenggara meningkat. "Kelapa sawit berisiko kehilangan pangsa pasar jika harga tidak kembali kompetitif," ujarnya.
Meski begitu, kelapa sawit tetap menjadi komoditas serba guna yang digunakan dalam berbagai produk, mulai dari makanan olahan hingga kosmetik. Namun, tekanan kompetitif dari minyak nabati lainnya menggarisbawahi pentingnya langkah strategis, baik di tingkat produsen maupun kebijakan, untuk menjaga daya saing kelapa sawit di pasar global.
Dengan pasar yang terus berkembang, masa depan minyak kelapa sawit akan sangat bergantung pada adaptasi terhadap dinamika permintaan dan upaya mempertahankan keunggulan di tengah kompetisi ketat. (T2)